A. Faktor-Faktor yang Menyebakan
Terjadinya Konflik Antara Indonesia Dengan Belanda
Perjuangan
bangsa Indonesia
semenjak Proklamasi Kemerdekaan hari demi hari
semakin nyata hasilnya.
Proklamasi kemerdekaan d kumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Selanjutnya Pada
tanggal 18 Agustus 1945 di tetapkan Undang-Undang Dasar (UUD 1945) dan d pilih
Ir. Soekarno sebagai presiden sedangkan Drs. Moh Hatta sebagai wakil presiden.
Adapun faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia dengan Belanda sebagai
berikut :
1. Kedatangan Tentara Sekutu Diboncengi oleh NICA
Jepang
menyerah pada sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945 . Pada tanggal 10 September 1945 Panglima Bala
Tentara Kerajaan Jepang di Jawa mengumumkan bahwa pemerintah akan di serah kan kepada sekutu.
Tanggal 14 september 1945 Mayor Greenhalgh datang di Jakarta. Tugas Greenhalgh adalah mempelajari dan
melaporkan keadaan di Indonesia
menjelang pendaratan rombongan sekutu.
Pada
tanggal 29 September 1945 pasukan sekutu mendarat di Indonesia antara lain bertugas
melucuti tentara Jepang. Mountbatten membentuk suatu komando khusus yang di
beri nama Allied Force Netherland East Indies (AFNEI) di bawah Letnan Jenderal Sir
Philip Christison.
Adapun tugas AFNEI adi Indonesia
adalah:
1.
Menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Jepang;
2.
Membebaskan para tawanan perang dan interniran sekutu;
3.
Melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk kemudian
di pulangkan ;
4.
menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk
kemudian di serahkan kepada pemerintah sipil; dan
5.
Menghimpun keterangan dan menuntut penjahat perang.
Pasukan AFNEI
mulai mendarat di Jakarta
pada tanggal 29 September 1945 yang
terdiri dari tiga divisi yaitu:
- Divisi India ke-23, di bawah pimpinan Mayor Jenderal D.C. Hawthorn yang bertugas untuk daerah Jawa Barat;
- Divisi India ke-5, di bawah pimpinan Mayor Jenderal E.C. Marsergh yang bertugas untuk daerah Jawa Timur;
- Divisi India ke-26, di bawah pimpinan Mayor Jenderal H.M. Chambers yang bertugas untuk daerah Sumatra.
2. Kedatangan Belanda (NICA) Berupaya untuk Menegakkan Kembali
Kekuasaan di Indonesia
NICA
berusaha mempersenjatai kembali KNIL (Koninklijk
Netherland Indisch Leger, yaitu
Tentara Kerajaan Belanda yang di tempatkan di Indonesia). Sebagai pimpinan AFNEI,
Christison menyadari bahwa untuk kelancaran tugasnya diperlukan bantuan dari
pemerintah Republik Indonesia.
Christison mengakui pemerintahan de facto
Republik Indonesia
pada tanggal 1 Oktober 1945.
Dalam
kenyataannya paaukan sekutu sering membuat hura-hura dan tidak menghormati
kedaulatan bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia mengetahui
bahwa kedatangan Belanda yang membonceng AFNEI adalah untuk menegakkan kembali
kekuasaannya di Indonesia.
Bangsa kita berjuang dengan cara-cara diplomasi maupun kekuatan senjata untuk
melawan Belanda yang akan menjajah kembali. Konflik antara Indonesia
dengan Belanda ini akhirnya melibatkan peran dunia internasional untuk
menyelesaikannya.
B. Peran Dunia Internasioanl dalam
Penyelesaian Konflik Indonesia-Belanda
1. Peranan Perserikatan Bangsa-Bangsa
Pada
tanggal 25 Maret 1947 Indonesia dan Belanda
menandatangani Persetujuan Linggajati. Kota-kota di Sumatra
maupun Jawa digempur denganpasukan bersenjata lengkap dan modern. Pada
tanggal 29 Juli 1947 Pesawat Dakota
VT-CLA yang membawa obat-obatan dari Singapura sumbangan Palang Merah Malaya
(Malaysia) kepada Indonesia di tembak oleh pesawat Belanda di Yogyakarta.
Sultan
Syahrir menyatakan bahwa untuk mengakhiri konflik antara Indonesia dengan Belanda jalan
satu-satunya adalah pembentukan komisi pengawasan dalampelaksanaan resolusi
Dewan Keamanan.
Pada
Tanggal 25 Agustus 1947 Dewan Keamanan
PBB menerima usul Amerika Serikat tentang pembentukan Komisi Jasa-Jasa Baik (Committee of Good Offices) untuk
membantu menyelesaikan pertikaian Indonesia-Belanda. Komisi inilah yang
kemudian dikenal dengan Komisi Tiga Negara (KTN), yang terdiri atas:
- Australia (diwakili oleh Richard C. Kirby), atas pilihan Indonesia,
- Belgia (diwakili oleh Paul Van Zeeland), atas pilihan Belanda,
- Amerika Serikat (diwakili oleh Dr. Frank Porter Graham), atas pilihan Australia dan Belgia.
Pada tanggal
27 Oktober 1947 KTN tiba di Jakarta
untuk melaksanakan tugasnya.
Akhirnya KTN berhasil
mempertemukan Indonesia-Belanda dalam suatu perundingan yang berlangsung pada
tanggal 8 Desember 1947 di atas kapal
perang Amerika Serikat “Renville” yang berlabuh di teluk Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar